Menjelang
dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M,
umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal:
1) Ajaran
Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga memuja makam yang
dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan
orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang
meng kultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala
perintahnya harus ditaati.
2) Adanya
kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan
akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa memiliki harta benda
yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah
tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan
hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang
menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada
nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan
oleh nasib.
B.
Tokoh-tokoh
Pembaharu pada Masa Modern
Penyimpangan-penyimpangan umat Islam
terhadap ajaran agamanya seperti tersebut, mendorong lahirnya para tokoh
pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam agar kembali kepada ajaran
Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah
(Hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1. Muhammad
bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab Saudi) pada
tahun 1115 H (1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201 H (1787 M). Muhammad bin
Abdul Wahhab adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku
karangannya tentang Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya
berjudul “Kitab At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang pemberantasan syirik, khurafat,
takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan
mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para pengikut
Muhammad bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau
“Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT
semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para
pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2. Rifa’ah
Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi,
lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan meninggal di Mesir. Pemikirannya yang
berkaitan dengan ajaran Islam, antara lain, beliau menyerukan agar umat Islam
dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat, tetapi juga
harus mementingkan urusan dunia, agar umat Islam tidak dijajah oleh hangsa
lain.
3. Jamaluddin
Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di
Istanbul rahun 1897 M. Di antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau
adalah :
o Agar
kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia modern,
umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus memahami
Islam dengan rasio dan kebebasan.
o Jamaluddin
menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja sama dengan pria
untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o Kepemimpinan
otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi Menurut pendapatnya Islam
menghendaki pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan
mengemukakan pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o Ajarannya
tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus
diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat
penting dan di atas segalanya.
Selain tokoh-tokoh pembaharuan tersebut,
masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan lainnya, seperti Muhammad Abduh di
Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla (1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di
India (1817- 1898 M), dan Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938 M).
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk
beragama Islam berkembang terus ke seluruh pelosok dunia. Penduduk Muslim
terbanyak terdapat di Benua Asia dan Afrika. Mengacu kepada data penduduk tahun
1991 M, negara-negara yang penduduk Muslimnya lebih dan 90 % adalah Mauritania,
Sahara Barat, Maroko, Aijazair, Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak,
Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan
Pakistan.
Sedangkan negara-negara yang jum!ah umat
Islamnya mencapai 50—90 % adalah Tanzania (Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan,
Kirghistan, Tajikistan (Rusia), Bangladesh, Malaysia, Singapura, Indonesia,
Brunei, dan Kepulauan Mindanou di Filipina. Negara-negara yang umat Islamnya
10—50 % antara lain seperti Guinea (Afrika), Albania, Suriah, India, Gina, dan
Myanmar.
Untuk mengikat negara-negara Islam di
seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah tahun 1381 H (Mei 1962), telah didirikan
Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim world League atau Liga
Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional non-pemerintah yang tidak
berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam sedunia.
Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah (Saudi Arabia), sedangkan kantor
perwakilannya tersebar di seluruh dunia, seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark,
Malaysia, dan Prancis.
Di Benua Eropa dalam Conference
of Islamic Cultural Centre and Organization of Europe (Konferensi
Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa) di London pada bulan Mei 1973,
dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah didirikan Dewan Islam
Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir dan memajukan usaha-usaha dakwah
islamiah.
C.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Modern
Pada masa
pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan. Hal ini dapat
dilihat di berbagai negara, seperti:
a.
Turki
Usmani
Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dan kesultanan Turki
Usmani, melakukan berbagai usaha agar umat Islam di negaranya dapat menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha-usaha tersebut
seperti :
1. Melakukan
modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan memasukkan kurikulum
pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam (madrasah).
2. Mendirikan
Lembaga Pendidikan “Mektebi Ma’arif’, untuk mencetak tenaga-tenaga ahli di
bidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi Ulumi Edebiyet,” untuk
menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
3. Mendirikan
perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi.
Setelah
kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki
diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya
Mustafa Kemal At-Tartuk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka kemajuan Turki
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terus meningkat.
b.
India
ketika
masih dijajah Inggris, telah bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran
modern, yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu
penjajah. Para cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah Waliyullah (1703-1762
M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal
(1873-1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam Azad
(1888-1956 M).
Di
antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat Islam di
India adalah Sayid Ahmad Khan.
Setelah
India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat Islam terbagi
dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India
± 40 juta jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah
yang lebih maju.
c.
Mesir
Pada
masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M), umat
Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan
keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan
bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar
menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh
bangsa-bangsa Eropa.
Muhammad
Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke
Mesir, mereka mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas
A1-Azhar. Karena yang belajar di Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para
mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi para mahasiswa dan berbagai negara dan
wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di Universitas
Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain
Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang di
dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik,
Pertanian, Perdagangan, Hukum, dan Sastra.
Universitas-universitas
yang dimaksud adalah Universitas Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas
Ainusyams (1950 M) di kota Kairo, Universitas Hilwan, Universitas Assiut (1957
M), Universitas Suez (1976 M), dan Universitas Amerika yang bernama “The
American University in Cairo (AUC)”, yang didirikan bagi orang Mesir dengan
tenaga pengajar dari Amerika.
Biografi Sayid Ahmad Khan
Sayid
Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan wafat
juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa
Persia, bahasa Arab, Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Atas jasa-jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau
diberi kesempatan untuk berkunjung ke Inggris. Kesempatan itu dimanfaatkannya
untuk mengadakan penelitian tentang sistem pendidikan dan pengajaran serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.
Jasa-jasa Sayid Ahmad Khan antara lain :
·
Sumbangan
pemikirannya yang modern, yang menyatakan bahwa umat Islam terbelakang, bodoh,
miskin, dan dijajah, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
·
Untuk
merealisasikan idenya tersebut Sayid Ahmad Khan mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti Sekolah Inggris di Mudarabad tahun
1861 M, lembaga penterjemah ilmu pengetahuan modern ke dalam bahasa Urdu yang
disebut dengan nama lembaga “The Scientific Society” atau “Translation
Society” dan mendirikan sekolah Muhammaden Anglo Oriental
College (MAOC) pada tahun 1878 M, yang kemudian berkembang menjadi
“Muslim University Of Aligar”.
Untuk keseragaman pendidikan bagi umat Islam India, Sayid
Ahmad Khan pada tahun 1886 M membentukMuhammedan Educational Conference.
Sumbangan pemikiran Sayid Ahmad Khan yang bersifat politis, beliau menyatakan
bahwa umat Islam tidak mungkin bersatu dengan umat Hindu dalam satu negara,
karenanya umat Islam India harus mempunyai negara sendiri terpisah dari umat
Hindu.
D.
Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa modern
Kebudayaan
umat Islam pada masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih maju. Hal ini
dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau negara yang berpenduduk
mayoritas umat Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, Irak, Iran, Kuwait,
Pakistan, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
1.
Arsitektur
Arsitektur
ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasah dan ada
pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti istana, benteng,
pasar, karavan serai (sejenis hotel), jalan-jalan raya, rel-rel kereta api, dan
banyak lagi lainnya.
Setelah
ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi sebagai
negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya yang
melimpah, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota, jalan kereta api
antara Kota Riyad dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai Teluk Persia. Juga
membangun Maskapai Penerbangan Internasional (Saudi Arabia Air Lines) di Jeddah,
Zahran, dan Riyad. Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel mewah
bertaraf internasional, antara lain terdapat di sekitar Masjidil Haram Mekah
dan Masjid NabawiMadinah.
Masjidil
Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan.
Masjid ini berbentuk empat persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta
merupakan masjid tertua di dunia. Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah,
yang juga disebutBaitullah (Rumah Allah) dan Baitul Atiq (Rumah
Kemerdekaan), yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai kiblat umat Islam di
seluruh dunia dalam mengerjakan salat. Selain itu, terdapat pula Hajar
Aswad (batu hitam yang terletak di dinding Kakbah), makam Ibrahim,
Hijr Ismail, dan sumur Zamzam yang letaknya tidak jauh dan Kakbah.
Keadaan
Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan keadaan Masjidil
Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih hidup, keadaan
Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Sekarang ini, keadaan
Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan indah.
Masjidil Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk naik dan lantai dasar ke
lantai di atasnya sudah disediakan eskalator.
Masjid
Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan
indah juga sangat luas. Kalau pada masa Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ±
2.500 m2 kini luasnya menjadi ± 165.000 m2 (luas
seluruh kota Madinah pada masa Rasulullah SAW). Hal ini mengakibatkan makam
Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a., dan Umar bin Khatthab r.a. yang dulu berada
di luar masjid sekarang berada di dalam masjid. Demikian juga tempat pemakaman
umum (maqbarah) baqi yang dulu berada di pinggir kota Madinah, sekarang
ini berada di samping atau di pinggir halaman masjid.
Masjid
Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara yang
menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah masjid
yang dapat terbuka dan tertutup.
Selain
itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu Al-Majidi dari
sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua yang dimanfaatkan
untuk perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan selebihnya digunakan
sebagai tempat salat, apabila jamaah di lantai bawah terlalu padat. Perlu pula
diketahui bahwa seluruh ruangan dari lantai bawah (dasar) Masjid Nabawi
sekarang ini memakai pendingin ruangan (AC).
Arsitektur
yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan kepentingan sekuler, selain
terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain, terutama di negara
berpenduduk mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini memiliki tidak
kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah per tahun.Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah
Al-Qur’an.
Di Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun
1794-1925) telah dibangun kota Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad
ke-18 M). Perkembangan kota ini sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan
Dinasti Pahlevi (1925-1979). Sekarang ini Teheran merupakan salah satu kota
terbesar di Asia. Bangunan arsitektur peninggalan Dinasti
Qatar antara lain :
o
Istana Niavarand, tempat kediaman Syah
Muhammad Reza Pahlevi dan keluarganya.
o
Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia
yang artinya Taman Zahra, putri Rasulullah SAW). Pekuburan ini tempat
dimakamkannya puluhan ribu syuhada(pahlawan) Revolusi Islam. Di
pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Khomaeni (wafat
1989 M).
Pada
masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi melayani
keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat arsitektur yang
berfungsi melayani kepentingan sekuler misalnya bangunan-bangunan industri,
jalan kereta api yang menghubungkan Basrah dan Bagdad. jalan-jalan yang
beraspal antarkota, dua bandara internasional di Basrah dan Bagdad, serta dua
pelabuhan internasional di Basra dan Um Al-Qasar.
2. Sastra
Pada
masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karya sastranya
bersifat islami di berbagai negara, misalnya :
o
Seorang sastrawan dan pemikir besar,
menjelang abad ke-20 telah lahir di Pakistan (1877-1938) yang bernama Muhammad
Iqbal. Beliau telah mengungkapkan filsafatnya dalam bentuk puisi dengan
menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dan karya puisinya, yang penting adalah
Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul “The Reconstruction
of Religious Thoughs in Islam”(kedua buku ini sudah diterjemahkan dan
diterbitkan dalam Bahasa Indonesia).Beliau
juga telah menulis beberapa prosanya dalam Bahasa Inggris dan Arab.
o
Mustafa
Luffi Al-Manfaluti (1876-1926)
seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir) termasuk pengarang cerita pendek
bergaya semi klasik dan semi modern.
o
Dr.
Muhammad Husain Haekal (1888-1956)
pengarang Mesir terkenal, yang telah menulis Hayatu Muhammad (Sejarah
Hidup Nabi Muhammad SAW, telah terbit dalam terjemahan Bahasa Indonesia)
adalah juga seorang sastrawan dan dianggap perintis karya sastra modern setelah
novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau
juga banyak menulis kritik sastra dan cerita pendek.
o
Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936)
di Irak terkenal sebagai perintis sajak modern dan seorang penyair tua yang
bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita bersama-sama dengan
Ma’ruf Ar-Rasafi (1877-1945).
o
Abdus Salam Al-Ujaili (lahir
1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang dokter medis, aktif
dalam penulisan novel dan cerita pendek.
Peranan perempuan dalam
perkembangan sastra modern ternyata tidak banyak. Dari yang sedikit itu,
misalnya Binti Syati’ yang sebenarnya bernama Aisyah Abdurrahman.
Beliau meraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal sebagai sastrawati,
wartawati dan editor harian Al-Ahram Mesir. Selain itu, beliau
banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an dari segi
sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah
(Palestina) serta Layla Ba’albaki (Lebanon).
3. Kaligrafi
Kata kaligrafi
berasal dari Bahasa Yunani: kaligrafia atau kaligraphos. Kallosberarti
indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi berarti
tulisan (aksara) indah yang mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab
kaligrafi disebut khatt, yang dalam pengertian sehari-hari
berarti tulisan indah yang memiliki nila estetis.
Kaligrafi (khatt) merupakan
satu-satunya seni Islam, yang murni dihasilkan oleh orang Islam, berbeda dengan
seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias yang terpengaruh unsur
non-Islam.
Kaligrafi
terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang disebut Al-Aqlam
As-Sittah (The Six Hands/Styles).
Seni
kaligrafI berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya ke
negara-negara yang penduduknya mayoritas umat Islam seperti Indonesia.
Seni
kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang, hiasan
dinding rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga dan
lain-lain. Media yang digunakannya pun beragam yakni dan kertas, kain, kulit,
kaca, emas, perak, tembaga, kayu, dan keramik.
Perhatian
umat Islam Indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal in ditandai
antara lain :
ü Diadakannya
pameran lukisan kaligrafi bertaraf nasional, yakni pada acara MTQ Nasional XI
di Semarang (1979), pada Muktamar Pertama Media Massa Islam sedunia di Jakarta
(1980), pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981), dan pada pameran kaligrafi
Islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1405
(1984).
ü Diselenggarakannya Musabaqah
Khatt Indah Al-Quran (MKQ) dalam setiap MTQ. MKQ ini mulai diselenggarakan pada MTQ Nasional XII di
Banda Aceh (1981) dan MTQ Nasional XIII di Padang (1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar